Jumat, 30 Oktober 2015

Pengaruh Preeklamsia pada Kehamilan



            Preeklamsia adalah suatu sindroma klinik dalam kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu dan atau berat janin 500 gram) yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema (Achadiat, 2004). Preeklamsia adalah sindrom yang terdiri dari tingginya tekanan darah (hipertensi), tingginya kadar protein dalam urin (hematoproteurea) dan banyaknya cairan yang ditahan oleh tubuh sehingga tungkai kaki ibu hamil menjadi bengkak. Preeklamsia umumnya terjadi pada penderita hipertensi. Seorang ibu yang pertama kali hamil akan memiliki resiko lebih besar mengalami preeklamsia (Sinsin, 2008). Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria (Cunningham, 2005).  Preeklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Preeklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan (Maryunani, dkk, 2012).
Dari beberapa pengertian preeklamsia diatas dapat diambil kesimpulan bahwa preeklamsia merupakan suatu sindrom kehamilan, yang biasanya terjadi pada usia kehamilan saat memasuki 20 minggu yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan edema. Sindroma ini lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Menurut Bobak, Lowdermilk, Jensen tahun 2004 aspek terpenting dari preeklamsia adalah tanda hipertensi.
Seseorang didiagnosa mengalami sindrom preeklamsia bila mana memenuhi beberapa kriteri seperti hasil pengukuran tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg dengan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali selang 4 jam . Jika tekanan darah ibu pada trimester pertama diketahui, maka angka tersebut digunakan sebagai acuaan tekanan darah dasar sang ibu. Menurut (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004) hipertensi dinilai pada adanya kenaikan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih dan kenaikan tekanan diastolik sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu. Kriteria yang kedua, terdapat proteinuria 300 mg dam urin selama 24 jam atau sama dengan lebih dari atau sama dengan +1 dipstick.
Preeklamsia terdiri atas (Achadiat, 2004):
1.      Preeklamsia ringan            : TD tidak > 140/90 mmHg, proteinurea+1 dan edema
minimal (biasanya pre tibial).
2.      Preeklamsia sedang           : TD sampai dengan 150/100 mmHg, proteinurea+2 dan
edema semakin jelas.
3.      Preeklamsia berat (PEB)   :
a.       TD > 160 mmHg sistolik atau > 110 mmHg diastolik, meskipun sudah menjalani tirah baring atau perawatan di rumah sakit, TD tidak turun.
b.      Proteinuria+3 atau +4 (kualitatif) atau 5 g/hari (kuantitatif).
c.       Oliguria, produksi urin < 500 cc/24 jam, disertai kenaikan kadar kreatinin plasma.
d.      Edema (terutama tungkai) yang sangat jelas, biasanya pitting edema.
e.       Terjadi pertumbuhan janin intrauterin terhambat (PJT).
Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan retensi vaskular sistemik, peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada kasus preeklamsia, volume plasma yang beredar menurun menyebabkan hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Hal ini menyebabkan perfusi orhan maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin – uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menyebabkan penurunan perfusi organ dengan menghancurkan sel sel darah merah sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Vasospasme arterial menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga edema semakin meningkat dan terjadi penurunan volume intravaskular (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004). Pada konsisi kehamilan normal akan mengalami vasodilatasi pembuluh darah namun pada preeklamsia terjadi invasi trofoblas ke dalam spiralis karena dinding arteri cukup kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan terjadi distensi dan dilatasi. Akibatnya arteri spiralis mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin (Behrman, 2000).
http://www.medicinesia.com/wp-content/uploads/2013/09/Invasi-Tropoblas-yang-Buruk-pada-Preeklampsia.png
Berikut ini menunjukkan konsisi yang terjadi pada sistem dan organ tubuh ibu hamil dengan preeklamsia menurut Prawirohardjo 2008 adalah:
a)      Perubahan kardiovaskular
Gangguan fungsi kardiovaskular yang parah terjadi berkaitan dengan afterload jantung akibat hipertensi (Cunningham, 2006).
b)      Ginjal
Perubahan fungsi ginjal karena menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus menyebabkan peningkatan permebelitas membran basalis yang mengakibatkan kebocoran dan proteinuria. Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubulus ginjal.
c)      Viskositas darah
Vaskositas darah meningkat mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
d)     Hematokrit
Hematokrit meningkat karena hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklamsi.
e)      Edema
Edema terjadi akibat kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang patologi bila terjadi pada kaki tangan/seluruh tubuh disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.
f)       Hepar
Perubahan pada hepar akibat vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Perdarahan pada sel periportal lobus perifer mengakibatkan nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas (subkapsular hematoma) sehingga menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium dan dapat menimbulkan ruptur hepar.
g)      Neurologik
Nyeri kepala di sebabkan hiperfusi otak. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi ganguan visus.
h)      Paru
Penderita preeklamsi berat mempunyai resiko terjadinya edema paru. Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan menurunnya deuresis
Preeklamsia hanya akan timbul pada masa hamil dan akan menghilang dengan cepat setelah janin dan plasenta keluar. Preeklamsia berperan dalam kematian intrauterin dan mortalitas perinatal. Penyebab utama kematian neonatus akibat preeklamsia adalah insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Retradasi pertumbuhan dalam rahim (IUGR, Intrauterine growth retradation) juga sering dijumpai pada bayi yang ibunya menderita preeklamsia (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar