Jumat, 14 November 2014

Siklus Menstruasi dan Gangguannya

        Menstruasi merupakan suatu siklus yang akan dialami setiap wanita yang telah memasuki masa pubertas. Menurut Root dalam Hurlock tahun 2004 pubertas merrupakan suatu tahap perkembangan dimana terjadi kematangan alat - alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Pada kondisi tersebut organ kelamin telah mampu menghasilkan sel telur di dalam indung telur (ovarium). Selain itu juga akan mengalami menstruasi yang pertama kali. Menstruasi ialah perdarahan yang terjadi secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2007). 

A.    Siklus Menstruasi
Berikut adalah siklus terjadinya menstruasi menurut Manuaba dkk tahun 2009:
1.      Fase Poliferasi atau Folikular
Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus – hipofisis – ovarium. Panca indra menerima rangsang yang akan diteruskan ke pusat dan diolah di hipotalamus melalui sistem portal. Di sini hipotalamus terangsang untuk melepaskan ginadotropin releasing hormone (GnRH). Hormon ini akan menstimulus hipofisis untuk mensekresi luteinizing hormone (LH) yang berperan dalam merangsang indung telur dan follicle stimulating hormon(FSH) yang kemudian menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium. Folikel ini dominan menghasilkan estrogen yang merangsang pertumbuhan endometrium.
Pada permulaan menstruasi (manarke), hormon estrogen lebih dominan diproduksi yaitu pada usia 12 – 13 tahun untuk pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan lemak biasanya di daerah bokong dan payudara). Hal tersebut menyebabkan pada permulaan menstruasi terjadi secara tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir (tanpa pelepasan sel telur). Setelah menginjak usia 17 – 18 tahun menstruasi terjadi secara teratur dengan interval 26 – 32 hari.
Pada proses menstruasi dengan ovulasi, hormon estrogen yang dihasilkan makin meningkat menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (poliferasi). Peningkatan estrogen menekan pengeluaran FSH namun merangsang LH yang mengakibatkan folikel Graaf yang telah dewasa terangsang untuk melepaskan telur (proses ovulasi). Sel telur akan ditangkap rumbai pada tubafallopii dan dibungkus oleh korona rediata yang akan memberi nutrisi selama 48 jam.
2.      Fase Luteal atau Sekresi
Folikel Graaf yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum akan segera berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini mensekresi sedikit estrogen dan banyak progesteron. Kerja progesteron berlawanan dengan estrogen, yaitu menghambat proliferasi. Dalam kondisi tersebut dinding rahim, pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan. Jika tidak terjadi pertemuan antara sperma dan sel telur  maka korpus luteum akan mengalami kematian. Korpus luteum hanya berumur 8 hari, sehingga setelah mati tidak dapat mempertahankan lapisan dalam rahim karena produksi hormon estrogen dan progesteron berkurang. Berkurangnya hormon estrogen dan progesteron menyebabkan fase vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga lapisan rahim kekurangan aliran darah. Kemudian diikuti vasodilatasi dan pelepasan darah padal bentuk perdarahan atau menstruasi. Pengeluaran darah berlangsung antara 3 – 7 hari dengan jumlah darah yang keluar sekitar 50 – 60 cc tanpa bekuan darah. Hormon estrogen yang berkurang akan merangsang pengeluaran FSH sehingga siklus akan berulang kembali.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTeyuh7WpYJKthSkDkF5t0Qw9uoSb0CUn5jPlH0zFEmX5MP3C3wtSDA016P6Hy0iLcjQDt-h519TBlHmTEIYpUcYJJMGLiTGhTL4KX_uECB8R1mSs4VUQXS80M8SpepMqvUuDvV5rSovQ/s1600/menstruasi.JPG
Gambar perubahan pada lapisan dalam rahim (endometrium) pada siklus menstruasi.

B.     Gangguan Menstruasi
Berikut ini adalah gangguan menstruasi yang dapat terjadi pada wanita menurut (Manuaba dkk tahun 2009):
1.      Gangguan Jumlah Darah.
Gangguan menstruaji jenis ini dibedakan menjadi dua macam yaitu hipermenorea (menoria) dan hipomenorea.
a.       Hipermenorea
Hipermenorea ditandai dengan siklus tetap teratur namun jumlah dalah yang dikeluarkan berlebih. Pengebabnya dapat berupa adanya mioma uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim).
b.      Hipomenorea
Hipomenoria ditandai dengan siklus yang tetap teratur seseai jadwal menstruasi, namun jumlah darah yang dikeluarkan sedikit. Penyebabnya dapat berupa adanya gangguan hormonal, kurang gizi atau karena penyakit tertentu.
2.      Kelainan Siklus Menstruasi.
a.       Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus haid yang memendek dari panjang siklus haid klasik, yaitu kurang dari 21 hari per siklusnya, sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan haid biasanya.
b.      Oligemenore
Oligemenore adalah panjang siklus haid lebih panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Penyebabnya adalah gangguan hormonal.
c.       Amenorea
Amenorea adalah keterlambatan menstruasi lebih dari tiga bulan berturut – turut. Umumnya menstruasi pada wanita teratur menginjak usia 18 tahun. Amenorea terdiri atas anemoria primer dan sekunder.
-          Amenorea Primer
Seseorang tidak mengalami menstruasi akibat adanya kelainan anatomis alat kelamin yang telah terjadi sejak kecil (tidak terbentuk rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal).
-          Amenorea Sekunder
Ketidakteraturan siklus menstruasi yang ditandai dengan siklus menstruasi berhenti lebih dari tiga bulan yang dapat disebabkan kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau adanya penyakit menahun.
3.      Perdarahan di Luar Haid (Metroragia)
Perdarahan ini dapat disebabkan faktor hormonal dan kelainan anatomis.
a.       Hormonal
Perdarahan dapat terjadi karena adanya gangguan poros hipotalamus, hipofisis atau ovarium dan rangsangan estrogen dan progesteron dengan bentuk perdarahan yang terjadi di luar haid. Hal ini ditandai dengan asanya bercak – bercak dan terjadi secara terus menerus, perdarahan tersebut terjadi berkepanjangan.
b.      Kelainan Anatomis
Adanya gangguan pada alat kelamin misal pada mutut rahim (keganasan, perlukaan atau polip), badan rahim (mioma uteri atau tumor rahim, polip lapisan dalam rahim, keguguran, penyakit trofoblas, keganasan), saluran telur (kehamilan tuba atau di luar kandungan, radang, tumor tuba, keganasan).
4.      Keadaan Patologis Terkait Menstruasi
a.       Ptementrual tension
Ketegangan menjelang haid terjadi karena adanya ketidakseimbangan produksi estrogen dan progerteron. Biasanya terjadi pada wanita usia 30 – 40 tahun.
b.      Mastalgia
Mastalgia ditandai dengan adanya pembengkakan dan pembesaran payudaya sebelum menstruasi akibat pemingkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam.
c.       Mittelschmerz
Mittelschmerz atau sering disebut rasa nyeri saat menstruasi terjadi karena pecahnya folike Graaf yang disertai perdarahan lamanya sampai 2 – 3 hari. Ini dalah waktu yang tepat untuk melakukan konspesi karena waktu ini dapat memungkinkan terjadinya kehamilan.
d.      Disminorea
Perasaan nyerimpada waktu haid dapat berupa kram ringan pada kemaluan sampai mengganggu aktivitas sehari hari.
-          Disminore Primer
Disminore primer terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin.
-          Disminorea Sekunder
Disminorea sekunder adalah nyeri haid yang terjadi karena adanya kelainan anatomis yang memungkinkan haid disertai infeksi, endometrosis, mioma uteri, polip endometrium, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR. 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar