Jumat, 28 November 2014

Kebiasaan Mengerat Gigi Saat Tidur

 Kebiasaan Mengerat Gigi Saat Tidur
 

Mengerat gigi saat tidur atau dalam istilah kedokteran di sebut bruxism. Bruxism adalah terjadinya gesekan gigi bagian bawah dan bagian atas yang cukup kuat sehingga menimbulkan suara gemerutuk.  Bruxism biasanya terjadi pada malam hari saat sedang tidur, bisa terjadi pada anak-anak dan atau orang dewasa, yang membedakan dari keduanya adalah penyebab yang ditimbukan. Biasanya bruxism di ketahui dari orang sekitar yang berada dalam satu kamar dengan si penderita bruxism.

Penyebab bruxism pada anak-anak adalah akibat rasa tidak nyaman pada tubuh yang diakibatkan dari flu, infeksi dan atau alergi tertentu. Penyebab bruxism pada orang dewasa adalah faktor emosi seperti stress, cemas, marah dan ada pula di sebabkan dari salah tidur, karena mengkonsumsi 4lk0h0l dan juga akibat dari mer0k0k. Namun secara umum penyebab bruxism antara orang dewasa dan anak-anak adalah seperti berikut.

Penyebab bruxism:

Susunan gigi rahang yang kurang rata.
Tingginya 4lk0h0l alam darah.
Stress, kecemasan.
Banyak mengkonsumsi makanan  / minuman mengandung kafein.
Pola tidur yang kurang baik
Mengorok  saat tidur
Kebiasaan mer0k0k

Akibat bruxism

Akibat yang akan di timbulkan dari bruxism adalah kerusakan pada gigi dan sendi rahang. Hal ini disebabkan karena tekanan yang terlalu kuat antara gigi bawah dan atas sehingga lapisan dentin gigi menjadi terbuka. Akibat lainnya adalah kerusakan pada penyangga gigi dan juga jaringan pengikat gigi. Sehingga menimbulkan nyeri, sakit kepala dan nyeri otot pada sekitar leher.

Menanggulangi bruxism

Cara menanggulangi bruxism sebaiknya melalui dua cara terpadu yaitu masalah psikologis dan masalah gigi itu sendiri. Masalah psikologis mengetahui penyebab utama dari masalah yang mengakibatkan bruxism. Sementara menanggulangi dari gigi itu sendiri adalah melakukan perbaikan pada gigi dan jaringan penyangga  gigi agar kondisinya normal.

Dari hasil penelitian kebiasaan mengerat gigi saat tidur 95% adalah terjadinya kelainan pada sendi rahangnya. Dan 35%nya terjadinya kerusakan pada sendi itu sendiri. Namun dari penderita itu sendiri hanya 20% saja orang penderita menyadari dan mencari tau penyebabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar