Senin, 06 April 2015

Bantuan Hidup Dasar CAB (Circulations, Airway, Brathing) menurut AHA (American Heart Associations) 2010



Berikut ini beberapa kasus yang menyebabkan henti jantung dan henti napas seperti tenggelam, stroke,obstruksi jalan napas, menghirup asap, kercunan obat, tersengat listrik, tercekik, trauma, MCI (myocardial infarction ) atau gagal jantung, dll. Pemberian bantuan hidup dasar kepada korban henti jantung sangat penting dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah kematian otak karena kurangnya suplai oksigen.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1muxck5MGnJdTdzrrvyt-GNBLFUTonejOpS5RyRKr50xs_Yv7qIVkudW1K3EX5zcUf269_ihCazPfjRJnPezcQJzypbFpwWh9wnArlnXiC90M4ecxA42CVRMi1N8f8ZNndKPHvoSQw2w/s400/2010_ECC_Update_square.png
AHA tahun 2010 merekomendasikan pemberian resusitasi jantung par dari siquens ABC ke CAB. Pedoman baru ini

  1. Pengenalan segera henti jantung tiba-tiba didasarkan pada pemeriksaan tingkat kesadaran dan tidak adanya napas normal (seperti, korbantidak bernapas atau hanya gasping /terengah-engah). Penolong dalm memeriksa nadi korban tidak boleh lebih dari 10 detik. Jika nadi tidak dapat dipastikan dalam 10 detik, maka dianggap tidak ada nadi dan RJP harus dimulai atau memakai AED (automatic external defibrilator) jika tersedia.
  1. Perubahan pada RJP ini berlaku pada korban dewasa, anak dan bayi tapi tidak padabayi baru lahir.
  1.  “Look, Listen and Feel " telah dihilangkan dari algoritme bantuan hidup dasar
  1. Kompresi dada diubah dari ABC ke CAB, denagn jumlah kompresi dada lebih dari 100 kali per menit, yang terdiri dari kombinasi 30 kompresi dan 1 ventilasi.
  1.  Penolong terus melakukan RJP hingga terjadi return of spontaneous circulation (ROSC). 
  1.  Kedalaman kompresi untuk korban dewasa telah diubah dari 1 ½ - 2 inchi menjadi 2 inchi (5 cm).
  1.  Peningkatan fokus bahwa RJP diberikan dengan high-quality didasarkan pada



  • Kecepatan dan kedalaman kompresi diberikan dengan adekuat dan memungkinkan full chest recoil  antara kompresi.
  • Meminimalkan interupsi saat memberikan kompresi dada
  • Menghindari pemberian ventilasi yang berlebihan
A.    Danger
Pastikan sebelum menolong korban, penolong mengamati segi keamanan diri penolong, lingkungan, dan korban.
B.     Response
Cek respon korban dengan teknik “touch and talk” yaitu dengan menepuk atau menggoyang goyangkan bahu korban bersamaan dengan memanggil nama atau sebutan koban. Kemungkinan kesadaran korban:
1.      Korban sadar (Cek respon -----> korban berespon)
  • Biarkan korban pada posisi diamana korban ditemukan.
  • minta bantuan dengan berteriak dan menghubungi tim yang lebih expert.
  • Tetap mengawasi kemungkinan terjadinya cedera yang lain.
2.      Korban tidak sadar (Cek respon  ------>  korban tidak berespon)
-          Teriak meninta bantuan dan menghubungi tim yang lebih expert.
C.     Circulation
Cek nadi korban (neonatus dan bayi - nadi brakialis; anak, dewasa dan ibu hamil – nadi karotis). Jika lebih dari 10 detik nadi sulit dideteksi maka segera lakukan kompresi dada. Kompresi pada:
1.      Neonatus
-          Pastikan korban pada posisi supinasi.
-          Kompresi dada dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan adekuat setidaknya 100 x/ menit.
-          Setiap siklus terdiri dari 3 kali kompresi dan 1 kali ventilasi (3 : 1).
-          Setiap 30 detik dievaluasi nadi brakialisnya.
2.      Bayi
-          Pastikan korban pada posisi supinasi.
-          Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu menggunakan teknik ibu jari atau dua jari.
Teknik Ibu Jari
Melingkari dada bagian lateral dengan kedua tangan serta menempatkan ibu jari pada tulang dada dan jari-jari tangan.
Teknik Dua Jari
Letakkan jari telunjuk diantara puting susu lalu, letakkan jari tengah dan jari manis di sampingnya. Gunakan jari tengah dan jari manis dari satu tangan untuk menekan.
-          Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit.  
-          Kedalam kompresi 1/3 anterior dan pasterior tubuh (4 cm).
-          Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika penolong hanya satu orang. Jika dua orang penolong maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).
-          Nadi dievaluasi setiap 2 menit.
3.      Anak
-          Pastikan korban pada posisi supinasi.
-          Lutut berada di sisi bahu korban.
-          Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan posisi lengan 90o terhadap dada korban.
-          Kompresi dikalukan di sternum, tepatnya diantara puting susu (midsternal) menggunakan satu tangan (transverse karpal).
-          Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit. 
-          Kedalam kompresi 1/3 anterior dan pasterior tubuh (5 cm).
-          Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) jika penolong hanya satu orang. Jika dua orang penolong maka 15 kompresi dan 2 ventilasi (15 : 2).
-          Nadi dievaluasi setiap 2 menit.
4.      Dewasa
-          Pastikan korban pada posisi supinasi.
-          Lutut berada di sisi bahu korban.
-          Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan posisi lengan 90o terhadap dada korban.
-          Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus simfoideus ke sisi kiri menggunakan dua tangan, tangan pertama diatas tanag yang lain dengan jari saling bertaut.
-          Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit. Kedalam kompresi 2 inchi atau 5 cm.
-          Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh satu atau dua penolong.
-          Nadi dievaluasi setiap 2 menit.
5.      Ibu Hamil.
-          Pastikan korban pada posisi supinasi.
-          Lutut berada di sisi bahu korban.
-          Posisi badan tepat diatas dada pasien, bertumpu pada kedua tangan dengan posisi lengan 90o terhadap dada korban.
-          Kompresi dilakukan di sternum, tepatnya dua jari di atas prosesus simfoideus ke sisi kiri menggunakan dua tangan, tangan pertama diatas tanag yang lain dengan jari saling bertaut.
-          Kompresi dilakukan dengan cepat dan dalam, kecepatan setidaknya 100 x/menit. Kedalam kompresi 2 inchi atau 5 cm.
-          Setiap siklus terdiri dari 30 kompresi dan 2 ventilasi (30 : 2) oleh satu atau dua penolong.
-          Nadi dievaluasi setiap 2 menit.
D.    Airway (Jalan Napas)
1.      Buka Jalan napas.
-          Kombinasi Head tilt dan chin lift.
Teknik ini dilakukan jika korban tidak mengalami cedera servikal. Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan kerasb. Meletakkan telapak tangan pada dahi pasien. Menekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan telapak tangan. Meletakkan ujung jari telunjuk dan jari tengahdari tangan lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang pasien. Menengadahkan kepala dan menahan/menekan dahi pasien secara bersamaan sampai kepala pasien pada posisi ekstensi.
-          Jaw Trust 
Membaringkan korban terlentang pada permukaan yang datar dan keras. Mendorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas.
2.      Cek Jalan napas.
Cek hembusan napas dan perkembangan dinding dada.
-          Jalan Napas Tersumbat
Miringkan pasien ke salah satu sisi. Keluarkan apa saja objek yang terlihat dalam mulut. Ambil gigi/palsu yang lepas. Tinggalkan gigi palsu yang utuh pada tempatnya
-          Jalan Napas Bersih
Pertahanakan jalan napas terbuka dan cek adanyapernapasan normal Jika dalam beberapa menit terdengar suara sepertigurgling, atau batuk dengan pergerakan dada danabdomen, perlakukan tetap seperti tidak bernapas,karena pernapasan ini tidak efektif.
E.     Breathing
1.      Pemberian rescue breating.
Pada dua penolong atau lebih, setelah alat intubasi terpasang selama pemberian RJP, ventilasi diberikan setiap 6-8 detik sekali atau dalam satu menit 8-10 ventilasi tanpa usaha sinkronisasi antara kompresi dan ventilasi. Kompresi dada tidak dihentikan untuk pemberian ventilasi. Ventilasi diberikan dalam waktu satu detik dengan volume sesuai tidal. Penolong menggunakan mouth barrier untuk proteksi.
2.      Lanjutkan 30 kompresi dan 2 siklus napas sampai 5 siklus  kemudian dievaluasi kembali nadi korban.
-          Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30 : 2. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap (recovery position)
-          Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10- 12x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar