Minggu, 14 Juni 2015

Sasaran Keselamatan Pasien



http://infotrainingcenter.com/wp-content/uploads/2014/08/pasien.jpg
Sasaran Keselamatan Pasien ada 6 yaitu
  1. Sasaran I         : Ketepatan identifikasi pasien
  2. Sasaran II        : Peningkatan komunikasi yang efektif
  3. Sasaran III      : Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
  4. Sasaran IV      : Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-pasien operasi
  5. Sasaran V        : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
  6. Sasaran VI      : Pengurangan risiko pasien jatuh

A.    Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki / meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.
Gelang identitas                                              Gelang penanda:
Biru     : laki laki                                              Merah  : alergi
Pink     : perempuan                                         Kuning: risiko jatuh
Ungu   : do not resuscitate
Petugas harus melakukan identifikasi pasien saat:
1.      Pemberian obat
2.      Pemberian darah / produk darah
3.      Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
4.      Sebelum memberikan pengobatan
5.      Sebelum memberikan tindakan
Identifikasi pasien : menggunakan dua identitas dari minimal tiga identitas
  1. Nama pasien (e-ktp)
  2. Tanggal lahir atau
  3. Nomor rekam medis
Catatan:
a)      dilarang identifikasi dengan nomor kamar pasien atau lokasi
b)      bila ada kekecualian, rs harus membuat spo khusus
Cara Identifikasi Pasien
1.      Petemuan pertama seorang petugas dengan pasien:
    a.       Secara verbal: tanyakan nama pasien
    b.      Secara visual: lihat ke gelang pasien dua dari tiga identitas, cocokkan dengan perintah dokter
    2.      Pertemuan berikutnya lihat secara visual ke gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas
    SPO saat pemasangan gelang oleh petugas
    1.      Jelaskan manfaat gelang pasien
    2.      Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutupi gelang .dll
    3.      Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila akan melakukan tindakan atau memberi obat memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi nama dan mengecek ke gelang kebijakan
    Identifikasi Pasien
    1.      Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga yaitu identitas: nama pasien (e ktp), nomor rekam medik, dan tanggal lahir.
    2.      Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi, dan gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang ungu penanda do not resucitate
    3.      Pada gelang identifikasi pasien: nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-ktp bila tak ada gunakan ktp/kartu identitas lainnya, bila tak ada semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir identitas yang disediakan rs dengan huruf kapital pada kotak kota huruf yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau satu huruf
    4.      Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer berfungsi kembali.
    5.      Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan, prosedur /tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan tubuh lainnya
    6.      Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh rs,misalnya ruang haemodialisa, endoskopi
    7.      Pasien dengan nama sama harus diberi tanda “hati hati pasien dengan nama sama” pada rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang



    B.     Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif
    Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan terjadi pada saat:
    a.         Perintah diberikan secara lisan
    b.         Perintah diberikan melalui telpon
    c.         Saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis.
    Perintah lisan/lewat telepon
    1.         Tulis lengkap
    a.       Isi perintah
    b.      Nama lengkap dan tanda tangan pemberi perintah
    c.       Nama lengkap dan tanda tangan penerima perintah
    d.      Tanggal dan jam
    2.         Baca ulang- eja untuk norum/lasa
    3.         Konfirmasi (Lisan dan tanda tangan)
    SPO persiapan perawat sebelum memberikan laporan kepada dokter
    1.      Visit dan periksa pasien
    2.      Diskusikan keadaan pasien dengan pn
    3.      Review hasil pemeriksaan untuk menetapkan dokter yg tepat yang akan dilapori
    4.      Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosis waktu masuk
    5.      Baca catatan perkembangan terakhir dari dokter dan perawat
    Kebijakan pelaporan hasil pemeriksaan kritis
    a.       Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
    b.      RS mempunyai prosedur yang meliputi
    a)      Penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap tipe tes,
    b)      Oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus dilaporkan
    c)      Menetapkan metode monitoring yang memenuhi ketentuan
    Contoh kebijakan menerima perintah lisan/lisan lewat telepon
    a.       Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan konfirmasi
    b.      Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya)
    c.       Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat lasa, maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
    d.      Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat look alike sound alike, look alike, dan sound alike
    e.       Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” . konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya .
    f.       Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan

    C.    Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High-Alert)
    Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (highalert)
    Obat yang perlu diwaspadai : obat yang sering menyebabkan ktd atau kejadian sentinel;
    1.    High alert
    2.    Elektrolit konsentrat
    3.    Norum/lasa (nama obat rupa ucapan mirip/lookalike sound alike)
    Kesalahan yang bisa terjadi:
    1.    Secara tidak sengaja
    2.    Bila perawat tidak mendapatkan orientasi sebelum ditugaskan
    3.    Pada keadaan gawat darurat
    Lasa (Look Alike Sound Alike)                                 
    Norum ( Nama Obat Rupa Mirip)
    a.       Hidraalazine
    b.      Cerebyx
    c.       Vinblastine
    d.      Chlorpropamide
    e.       Glipizide
    f.       Daunorubicine
    a.       Hidroxyzine
    b.      Celebrex
    c.       Vincristine
    d.      Chlorpromazine
    e.       Glyburide
    f.       Doxorubicine

    Obat High Alert
    1.    Obat yang persentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan/error dan/atau kejadian sentinel (sentinel event)
    2.    Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
    3.    Obat-obat yang (nama obat, rupa dan ucapan mirip/norum, atau look-alike sound-alike / lasa)
    Obat high alert: katagori obat (ismps) adrenalin)
    1.      ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol)
    2.      ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol)
    3.      CARDIOPLEGIC SOLUTION
    4.      CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL
    5.      DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH
    6.      DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
    7.      OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
    8.      GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
    9.      HIPOGLIKEMIK ORAL
    10.  OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
    11.  LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
    12.  MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
    13.  MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh Chloralhydrate)
    14.  ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate and sustained released Formulation)
    15.  NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
    16.  RADIO CONTRAS AGENT IV
    17.  THROMBOLITIC/ FIBRINOLITIC IV (Contoh: Tenecteplace)
    18.  TOTAL PARENTERAL SOLUTION10 hipoglikemik oral
    Daftar Obat High Alert Obat Spesifik
    1. Colcichine Injection
    2. Heparin, Low moluculer weigt injection
    3. Heparin Unfractionated IV
    4. Insulin SC dan IV
    5. Lidocaine IV
    6. Magnesium SUlfat Injecion
    7. Methotrxate oral non oncologic use
    8. Netiride
    9. Nitroprusside sodium for injection
    10. Potasium Cloride for injection concentrate
    11. Potasium Phospate injection
    12. Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
    13. Warfarin
    Elektrolit konsentrate
    1.      Cairan ini bisa mengakibatkan ktd/sentinel event bila tak disiapkan dan dikelola dengan baik
    2.      Hal yang terpenting :
    a.         Ketersediaan
    b.         akses
    c.         resep
    d.        pemesanan
    e.         persiapan
    f.          distribusi
    g.         label
    h.         verifikasi      
    i.           administrasi dan pemantauan
    Cara Untuk Mengurangi atau Mengeliminasi KTD:
    1.        Tingkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
    2.        Pindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
    3.        Rs punya kebijakan dan/atau prosedur
    a.    Daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit
    b.    Identifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di igd atau kamar operasi
    c.    Pemberian label secara benar pada elektrolit konsentrat penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja / kurang hati-hati.
    Elektrolit konsentrate
    Standarisasi dosis, unit ukuran, dan terminology adalah elemen penting dari penggunaan yang aman
    1.      Campuran larutan elektrolit harus dihindari (misalnya : natrium klorida dengan kalium klorida).
    2.      upaya ini memerlukan perhatian khusus, keahlian yang sesuai, antar-profesional kolaborasi, proses verifikasi, dan fungsi yang akan memastikan penggunaan yang aman.
    Contoh kebijakan penanganan obat high alert
    Definisi: obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara salah.
    Ketentuan :
    1.    Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, obat lasa, elektrolit konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat high alert
    2.    Setiap staf klinis terkait harus tahu piñata laksanaan obat high alert
    3.    Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
    4.    Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja perhuruf
    Kebijakan penyimpanan obat high alert di instalasi farmasi
    1.      Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
    2.      Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat
    3.      Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer khusus
    4.      Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
    5.      Simpan obat narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani
    6.      Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis (double check)
    7.      Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan

    D.    Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi
    Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi, tepat prosedur, dan tepat- pasien.
    Kebijakan penandaan lokasi operasi
    1.      Penandaan dilakukan pada kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang)
    2.      Perlu melibatkan pasien
    3.      Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
    4.      Mudah dikenali
    5.      Digunakan secara konsisten di rs
    6.      Dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
    7.      Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
    Kebijakan verifikasi praoperatif :
    1.      Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
    2.      Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dengan baik
    3.      Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2 implant yg dibutuhkan
    4.      Tahap time out :
    a.    Memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
    b.    Dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
    c.    Melibatkan seluruh tim operasi
    5.      Pakai surgical safety check-list
    Penyebab salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi
    1.      Komunikasi yang tidak efektif/tidak adekuat antara anggota tim bedah
    2.      Kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking)
    3.      Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi
    4.      Assesment pasien yang tidak adekuat
    5.      Penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat
    6.      Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim beda
    7.      Tulisan perintah/resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)tah
    8.      Pemakaian singkatan
    Panduan sebelum induksi anestesi:
    1.      Identifikasi pasien, prosedur, informed concent sudah dicek ?
    2.      Sisi operasi sudah ditandai ?
    3.      Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
    4.      Pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
    5.      Allergi ?
    6.      Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
    7.      Risiko kehilangandarah >= 500ml
    Panduan sebelum insisi kulit (time-out):
    1.      Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
    2.      Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
    3.      Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
    4.      Antisipasi kejadian kritis:
    a.    Dr bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
    b.    Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
    c.    Perawat : sterilitas , instrumen ?
    d.   Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
    Panduan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi
    1.      Perawat melakukan konfirmasi secara verbal, bersama dr dan anestesi
    a.    nama prosedur,
    b.    instrumen, gas verband, jarum dihitung harus lengkap
    c.    speciment telah di beri label dengan pid tepat
    d.   apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
    2.      Dokter kepada perawat dan anesesi, apa yang harus diperhatikan dalam recovery dan manajemen pasien

    E.     Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
    Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
    Contoh: penggunaan jembatan keledai, enam area dalam hand-wash/rub
    1.      Telapak tangan
    2.      Punggung tangan
    3.      Sela- sela jari
    4.      Punggung jari-jari (gerakan kunci)
    5.      Sekeliling ibu jari (putar- putar)
    6.      Kuku dan ujung jari (putar-putar)
    Lama cuci tangan:
    hand rub          : 20-30 detik
    hand wash       : 40-60 detik

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar