Penyakit gigi dan gusi termasuk penyakit yang menduduki peringkat delapan terbanyak yang terjadi di Indonsia. Dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, terdapat 72 persen masyarakat Indonesia dengan gigi berlubang, dan 89 persen anak di bawah usia 12 tahun mengalami gigi berlubang.
Ironisnya, menjaga kesehatan mulut lebih mudah dibandingkan kesehatan tubuh lainnya, hanya dengan rajin membersihkan rongga mulut.
Belum tertanamnya budaya membersihkan mulut dan keengganan masyarakat mengunjungi dokter gigi adalah penyebab penyakit ini terus berkembang. Padahal, kesehatan mulut yang terganggu dapat menular ke organ dalam tubuh menjadi penyakit yang lebih parah.
"Di dalam gigi terdapat pembuluh darah dan saraf, jika gigi berlubang tidak segera diobati dan dibiarkan, akan menjadi gigi busuk. Jika sudah terkena pembuluh darah, bakteri pada gigi busuk tersebut akan terbawa ke organ dalam tubuh dan bisa menyebabkan penyakit lainnya seperti jantung, hati, atau rabun mata," ujar Prof Eky S Soeria Soemantri, drg. Sp. Ortho, Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), ketika ditemui di sela-sela acara pengukuhan Bulan Kesehatan Gigi Nasional, Hotel Mulia.
Pada anak yang masih di usia pertumbuhan, kesehatan rongga mulut adalah sangat penting bagi tumbuh kembangnya. Jika terjadi infeksi pada rongga mulut, energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan akan terbagi dan digunakan untuk melawan infeksi yang terjadi.
Tidak hanya itu, asupan gizi yang masuk pun akan berkurang. "Gigi yang berlubang akan membuatnya tidak nafsu makan. Kalaupun makanan yang dimakan adalah makanan yang lezat dan bergizi, tidak akan diserap secara maksimal di dalam tubuh," ia menambahkan.
Pencabutan gigi susu diwaktu yang tidak tepat pun dapat memicu pertumbuhan gigi yang tidak rata. Menurutnya, gigi adalah sistem pencernaan pertama manusia. Jika terjadi kerusakan, maka makanan yang masuk tidak akan baik. "Dia akan memproduksi enzim lebih banyak yang lama kelamaan akan mengikis dinding usus dan dapat menyebabkan maag," ungkapnya.
Karena itulah, sangat penting peran orang tua dalam menanamkan budaya menjaga kesehatan mulut terhadap anaknya. "Ibu harus memperkenalkan budaya ini sedini mungkin. Ketika anak baru muncul gigi, bersihkan dengan cutton bud. Secara bertahap ajarkan menggunakan sikat gigi. Ia akan dengan mudah mengingatnya," ujar drg. Eky.
Namun sayangnya, banyak juga orang tua yang tidak mengerti pentingnya menjaga kesehatan mulut. Karena itulah, PT. Unilever Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan AFDOKGI kembali menyelenggarakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) dari 12 September hingga 29 Oktober.
Menurut drg. Zaura Anggraini, MDS, Ketua Pengurus Besar PDGI, tanggal 2 september dipilih karena merupakan hari kesehatan dunia dan akan dicanangkan sebagai hari kesehatan gigi Nasional.
"Untuk menanamkan budaya menjaga kesehatan mulut, Di sana (BKGN) masyarakat tidak hanya mendapatkan pemerikasaan gigi gratis tetapi juga edukasi mengenai seberapa penting menjaga kesehatan rongga mulut," ujar drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc, Profesional Relationship Oral Care PT Unilever Indonesia, Tbk.
Mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali adalah salah satu langkah yang dianjurkan menjaga kesehatan rongga mulut, selain menyikat gigi secara rutin. "Ini adalah langkah preventif yang dapat dilakukan masyarakat. Karena, biasanya mereka enggan ke dokter gigi karena takut dan mahal. Sedangkan, kami berusaha menyediakan fasilitas perawatan yang menyenangkan secara gratis dan juga penuh dengan edukasi," ujar drg Eky.
Drg Zaura Anggraini pun menganjurkan untuk membawa anak ke dokter gigi sebelum terjadi kerusakan gigi. Selain untuk menanamkan budaya kebersihan mulut, juga sebagai tindakan pencegahan mengingat kesehatan rongga mulut pada anak yang berada di usia tumbuh kembang sangat penting. "Bawalah anak ke dokter gigi sebelum ada penyakit.Ada atau tidaknya lubang, sekecil apapun lubang, anak harus terbiasa bertemu dokter gigi agar tidak takut dikemudian hari," ujarnya.
BKGN 2011 adalah acara untuk mengulang kesuksesan BKGN 2010. BKGN 2010 mendapat tanggapan positif dari masyarakat, hampir 20 ribu masyarakat mendapatkan perawatan di 13 FKG yang menyediakan 2600 tenaga kesehatan gigi. Tahun ini, BKGN akan melibatkan 14 FKG dan berharap akan ada peningkatan jumlah pasien baik dari yang tahun lalu sudah pernah mengunjungi, maupun masyarakat yang baru mengunjungi.
Drg Eky pun menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir mengunjungi FKG yang notabene tempat praktek dokter-dokter gigi baru. "Mereka itu diawasi dengan ketat. Mereka belajar di preklinik, sebelum masuk klinik di tes. Jika lulus baru mereka boleh masuk klinik. Pengawasannya cukup ketat," ujarnya.
Ironisnya, menjaga kesehatan mulut lebih mudah dibandingkan kesehatan tubuh lainnya, hanya dengan rajin membersihkan rongga mulut.
Belum tertanamnya budaya membersihkan mulut dan keengganan masyarakat mengunjungi dokter gigi adalah penyebab penyakit ini terus berkembang. Padahal, kesehatan mulut yang terganggu dapat menular ke organ dalam tubuh menjadi penyakit yang lebih parah.
"Di dalam gigi terdapat pembuluh darah dan saraf, jika gigi berlubang tidak segera diobati dan dibiarkan, akan menjadi gigi busuk. Jika sudah terkena pembuluh darah, bakteri pada gigi busuk tersebut akan terbawa ke organ dalam tubuh dan bisa menyebabkan penyakit lainnya seperti jantung, hati, atau rabun mata," ujar Prof Eky S Soeria Soemantri, drg. Sp. Ortho, Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), ketika ditemui di sela-sela acara pengukuhan Bulan Kesehatan Gigi Nasional, Hotel Mulia.
Pada anak yang masih di usia pertumbuhan, kesehatan rongga mulut adalah sangat penting bagi tumbuh kembangnya. Jika terjadi infeksi pada rongga mulut, energi yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan akan terbagi dan digunakan untuk melawan infeksi yang terjadi.
Tidak hanya itu, asupan gizi yang masuk pun akan berkurang. "Gigi yang berlubang akan membuatnya tidak nafsu makan. Kalaupun makanan yang dimakan adalah makanan yang lezat dan bergizi, tidak akan diserap secara maksimal di dalam tubuh," ia menambahkan.
Pencabutan gigi susu diwaktu yang tidak tepat pun dapat memicu pertumbuhan gigi yang tidak rata. Menurutnya, gigi adalah sistem pencernaan pertama manusia. Jika terjadi kerusakan, maka makanan yang masuk tidak akan baik. "Dia akan memproduksi enzim lebih banyak yang lama kelamaan akan mengikis dinding usus dan dapat menyebabkan maag," ungkapnya.
Karena itulah, sangat penting peran orang tua dalam menanamkan budaya menjaga kesehatan mulut terhadap anaknya. "Ibu harus memperkenalkan budaya ini sedini mungkin. Ketika anak baru muncul gigi, bersihkan dengan cutton bud. Secara bertahap ajarkan menggunakan sikat gigi. Ia akan dengan mudah mengingatnya," ujar drg. Eky.
Namun sayangnya, banyak juga orang tua yang tidak mengerti pentingnya menjaga kesehatan mulut. Karena itulah, PT. Unilever Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan AFDOKGI kembali menyelenggarakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) dari 12 September hingga 29 Oktober.
Menurut drg. Zaura Anggraini, MDS, Ketua Pengurus Besar PDGI, tanggal 2 september dipilih karena merupakan hari kesehatan dunia dan akan dicanangkan sebagai hari kesehatan gigi Nasional.
"Untuk menanamkan budaya menjaga kesehatan mulut, Di sana (BKGN) masyarakat tidak hanya mendapatkan pemerikasaan gigi gratis tetapi juga edukasi mengenai seberapa penting menjaga kesehatan rongga mulut," ujar drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc, Profesional Relationship Oral Care PT Unilever Indonesia, Tbk.
Mengunjungi dokter gigi 6 bulan sekali adalah salah satu langkah yang dianjurkan menjaga kesehatan rongga mulut, selain menyikat gigi secara rutin. "Ini adalah langkah preventif yang dapat dilakukan masyarakat. Karena, biasanya mereka enggan ke dokter gigi karena takut dan mahal. Sedangkan, kami berusaha menyediakan fasilitas perawatan yang menyenangkan secara gratis dan juga penuh dengan edukasi," ujar drg Eky.
Drg Zaura Anggraini pun menganjurkan untuk membawa anak ke dokter gigi sebelum terjadi kerusakan gigi. Selain untuk menanamkan budaya kebersihan mulut, juga sebagai tindakan pencegahan mengingat kesehatan rongga mulut pada anak yang berada di usia tumbuh kembang sangat penting. "Bawalah anak ke dokter gigi sebelum ada penyakit.Ada atau tidaknya lubang, sekecil apapun lubang, anak harus terbiasa bertemu dokter gigi agar tidak takut dikemudian hari," ujarnya.
BKGN 2011 adalah acara untuk mengulang kesuksesan BKGN 2010. BKGN 2010 mendapat tanggapan positif dari masyarakat, hampir 20 ribu masyarakat mendapatkan perawatan di 13 FKG yang menyediakan 2600 tenaga kesehatan gigi. Tahun ini, BKGN akan melibatkan 14 FKG dan berharap akan ada peningkatan jumlah pasien baik dari yang tahun lalu sudah pernah mengunjungi, maupun masyarakat yang baru mengunjungi.
Drg Eky pun menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir mengunjungi FKG yang notabene tempat praktek dokter-dokter gigi baru. "Mereka itu diawasi dengan ketat. Mereka belajar di preklinik, sebelum masuk klinik di tes. Jika lulus baru mereka boleh masuk klinik. Pengawasannya cukup ketat," ujarnya.
Iar iarbhír anseo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar